+ -

Pages

Jumat, 29 November 2013

Sokola Rimba : Membuka Hati dan Menyejukkan Mata

          Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan untuk menonton film Sokola Rimba bersama teman-teman. Kata teman saya kalau gak segera nonton keburu turun nih film. Benar saja, hanya segelintir orang yang nonton tak salah kalau film model begini cepat sekali menghilang dari peredaran. Hanya saya berdelapan dengan teman-teman serta satu orang lagi yang ada di studio 2 Tunjungan 21 kala itu, padahal itu termasuk jam primetime, jam 19:00. Miris memang film sebagus ini hanya segelintir orang yang menonton. Saya pun berpikir apa gak rugi? setelah baca-baca produser (Mira Lesmana) memang sudah menyadari kondisi ini, dan memang hal tersebut sudah di antisipasi dari awal. Intinya kita harus tau apa yang kita buat. Misal film Atambua, Miles hanya menargetkan 20 ribu penonton, maka dari itu biaya pembuatan film tak boleh lebih dari 400juta. Pada kenyataannya Atambua berhasil menarik 30 ribu penonoton. Selain di putar di bioskop lokal, kebanyakan film produksi Miles juga diikutkan festival diluar negeri, setidaknya sudah ada 3 festival internasional yang di ikuti film Sokola Rimba ini.
gambar dari googling
Judul Film : Sokola Rimba
Genre : Drama, Biografi
Durasi : 90 Menit
Sutradara dan Penulis : Riri Riza
Produser : Mira Lesmana (Miles films)
Pemain : Prisia Nasution, Rukman Rosadi, Nadhira Suryadi, Nyungsang Bungo, Nengkabau, Beindah

          Film Sokola Rimba merupakan adaptasi dari buku yang berjudul sama karya Butet Manurung yang berisi kisah-kisahnya selama menjadi pengajar di pedalaman hutan bukit duabelas, Jambi. Ini merupakan film adaptasi dari buku ke 4 yang di produksi oleh Miles, setelah Gie, Sang Pemimpi dan Laskar Pelangi. Membaca buku dan menonton film merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Ketika membaca buku kita menciptakan imajinasi sendiri tentang apa yang kita baca, sedangkan menonton film imajinasi kita di bentuk oleh gambar visual, dialog, serta penataan cahaya.

          Sebagian besar pemain dalam film ini diperankan oleh orang rimba asli, sehingga hal tersebut pasti menciptakan tantangan tersendiri bagi pembuat film untuk bekerja dengan penduduk lokal. Tetapi hal tersebut justru menjadi nilai plus bagi saya, karena melalui hal tersebut sutradara dapat mempresentasikan orang rimba yang sebenarnya. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Dialog yang digunakan dalam film ini juga menggunalan bahasa rimba, kecuali beberapa percakapan di kota. Hal ini mampu menciptakan sensasi sendiri bagi saya. Dengan digunakannya bahasa rimba saya lebih merasa kalau saya memang sedang berada di hutan, tentunya dengan dilengkapi subtitle bahasa Indonesia,kalau nggak saya juga gak tahu artinya kalee, heuheuheu.

          Dalam film ini diceritakan bahwa Butet (Prisia Nasution) adalah tenaga pengajar di hutan bukit dua belas, di rombong hilir. Pada saat perjalanan ke rombong hilir, butet pingsan ditengah jalan, dan di tolong oleh anak rimba bernama Bungo, yang merupakan anak dari rombong hilir yang memerlukan perjalanan 7 jam untuk sampai ke hulu. Singkat kata Bungo sebenarnya ingin ikut belajar membaca dan menulis dengan Butet, Tetapi di rombongnya ada aturan adat yang menyebutkan bahwa belajar baca tulis hanya akan mendatangkan bencana. Disinilah konflik itu mulai terjadi.

          Sebenarnya ada dua konflik yang terjadi, yaitu antara Butet dan Bungo yang ingin belajar tetapi terhalanga oleh aturan adat istiadatnya, dan yang kedua konflik antara Butet dan tempatnya bekerja yang tidak setuju ketika Butet ingin mengajar di rombong hilir. Hampir saya menangis ketika adegan Butet pergi naik bus meninggalkan murid-muridnya. Dalam adegan itu waktu terasa melambat bagi saya. Cepet selese dong adegan ini, kalo lama-lama bisa nangis juga nis saya, gerutu saya dalam hati paws adegan tersebut.

          Bungo ingin belajar membaca karena ingin tahu apa isi surat perjanjian antara penebang liar dan ketua rombongnya yang dinilainya hanya merugikan kelompoknya. Butet selalu membawa gulungan surat perjanjian itu kemana-mana. Apakah Bungo akhirnya bisa membaca dan menulis? Apakah Butet berhasil mengajar sampai ke hilir yang merupakan rombong bungo? nonton sendiri aja ya, buruan keburu ilang dari dunia perbioskopan.. :D

          Dalam film ini penonton disuguhkan dengan gambar-gambar yang menyejukkan mata. Frame-frame pemandangan alam yang hijau kerap kita temui, khas pemandangan hutan tropis Indonesia. Pembuat film mampu mengemas keindahan alam yang ada secara pas, tidak terlalu menonjol sehingga mengalihkan cerita intinya. Ditambah dengan dukungan tatanan suara yang padu padan sehingga mampu menciptakan suasana yang mampu menyentuh jiwa*tsahhh.. bahasa ane sok penyair..:D

          Dari sisi cerita semakin membuka hati saya banyak orang-orang diluar sana yang hidupnya terganggu oleh kepentingan segelintir orang, orang-orang rimba yang semakin terusik oleh pembalak liar yang hanya mementingkan keuntungan belaka. Semakin membuka pikiran bahwa tak sedikit LSM-LSM dan juga pemerintahan yang hanya mengambil keuntungan pribadi dan acuh terhadap kepentingan masyarakat di pedalaman terutama di bidang pendidikan. Yah, meskipun saya tak bisa berbuat apa-apa, melalui film ini saya merasa bersyukur dengan hidup saya yang sekarang, yang sudah sampai ke perguruan tinggi S1 walaupun skripsi tak kelar-kelar, hadeuhhh.. malu saya dengan anak-anak rimba yang mempunyai semangat belajar sangat tinggi, sedangkan saya kerap kali menyia-nyiakan waktu dengan menunda-nunda skripsi. Ah sudahlah, saya mau skripsi dulu, heuheuheu..

gambar dari googling
          Oh ya, temen saya sempet bilang sehabis nonton kalo Bungo di film ini sebenarnya kalo di buku namnya Gentar. Saya tak tahu karena saya belum membaca bukunya. Kebetulan buku Sokola Rimba menjadi bahan skripsi temen saya tadi. Masih kata temen saya, kalau dibuku lebiih menceritakan hubungan antara Butet dan Gentar lebih jauh lagi. Sekali lagi kan film dan buku merupakan hal yang berbeda, sangat-sangat berbeda. Oh ya sempat kepikir gak kenapa nama si anak rimba di film berbeda dari bukunya? setelah tanyak langsung sama mbak Mira Lesmana (sebenarnya cuma mbaca-mbaca sih, hheheu) ternyata hal tersebut karena bertentangan dengan adat istiadat di rimba. Jadi di Rimba tidak boleh menjadi orang lain, dalam hal ini memerankan orang lain. Sementara si Gentar sendiri pada waktu shooting sudah dewasa dan sudah menikah, jadi tidak mungkin juga memakai gentar yang asli, maka dipilihlah nama asli si pemain anak yaitu Bungo. Oh ya, di rimba juga ada adat yang melarang untuk menyebut nama orang-orang yang sudah meninggal.

Sumber :
http://www.wowkeren.com/film/sokola_rimba/
http://www.imamboll.com/2013/11/review-dan-sinopsis-film-sokola-rimba.html
http://rumahinspirasi.com/sokola-rimba-film-dan-buku-tentu-berbeda/
http://www.21cineplex.com/exclusive/mira-lesmana-perkenalkan-wajah-indonesia-dengan-film-sokola-rimba,158.htm
https://www.google.com/#q=review+filmsokola+rimba&safe=active
5 Mothisme: November 2013           Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan untuk menonton film Sokola Rimba bersama teman-teman. Kata teman saya kalau gak segera ...

Selasa, 26 November 2013

PSYCHOFEST FILM FESTIVAL 2013



          Psychofest Film Festival merupakan salah satu rangkain acara dari  Psychofest yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga pada tanggal 24-25 November 2013 di Cak Durasim dan XXI Sutos. Pada tahun ini PFF 2013 menggandeng UKM Sinematografi UA sebagai project partnernya. Gelaran tahun ini merupakan yang kedua yang sebelumnya diadakan tahun 2012 dimana saya juga mengikutinya. Tahun ini menurut saya cukup berkembang pesat daripada tahun sebelumnya, dimana tahun ini selain acara utama di XXI Surabaya Townsquare, PFF 2013 juga diselenggarakan di Taman Budaya Surabaya atau kerap disebut Gedung Cak Durasim, dimana tidak hanya film-film finalis yang di screeningkan tetapi ada program-program pemutaran dari film-film yang lolos kurasi. Program program tersebut antara lain

-  Program 1 PE(R)SONA MERAH PUTIH
Dalam program ini akan diputarkan beberapa film yang sama-sama memandang dan mengisahkan sisi tanah air. Bagaimana para anak bangsa sama-sama mengukir kisah di tanah kelahiran dengan cara yang berbeda. Film film yang di putar pada program ini antara lain LAWUH BOLED (Purbalingga) karya Misyatun, OLIH-OLIH JAKARTA (Purbalingga) karya Yasin Hidayat, LANGKA RECEH (Purbalingga) karya Eka S. dan Miftakhun, HANACARAKA (Purbalingga) karya Yasin Hidayat, MENITI HUTAN PANYATAN (Purbalingga) karya Cias S. Astuti, dan ANAK KANAL (Asahan) karya Narindro A. Hutomo.

-  Program 2 KATAKU. KATA HATI.
Beberapa film yang sama-sama menggambarkan perjuangan seseorang untuk menyampaikan suara hati terdalamnya dengan caranya masing-masing. Cara-cara yang mungkin dianggap tak berarti bagi manusia lainnya. Film film yang di putar pada program ini antara lain GUELU (Yogyakarta) karya Rifqi M. Maya, HURUF Z (Surabaya) karya Lela Latifa, Satu Kata (Surabaya) karya Rico Anthony, GEDANG GORENG SOKELAT (Purbalingga) karya Octa Berna R., AMINAH (Yogyakarta) karya Fitro Dizianto, dan DESTINATION (Surabaya) karya Rizky Ramadhan.

-  Program 3 GELITIKATARSIS
Menyuguhkan  berbagai film yang mengandung kritikan terhadap berbagai isu-isu global yang berkembang dalam masyarakat. Katarsis yang menggambarkan pelepasan emosi negatif melalui sentilan-sentilan ringan dalam kehidupan sehari-hari. Film film yang di putar pada program ini antara lain JANGKRIK (Surabaya) karya Salman Al Farisi, DZON!! (Jombang) karya Risa Fahmi M., KONDOM (Cilacap) karya Mira Setiani, BU(KAN) KARTINI (Malang) karya M. Ismail Hamzah,dan GUNDAH GUNDALA (Surabaya) karya Wimar Herdanto.

-  Program 4 AKU INI THANATOS
Thanatos atau instink merusak yang mendorong seseorang untuk berlaku agresi akan disuguhkan pada beberapa kisah dalam film diprogram ini. Kisah-kisah yang menegangkan akibat tindakan-tindakan diluar akal sehat manusia. Film film yang di putar pada program ini antara lain 24HOURS (Malang) karya Putri D. Nitami, DJANGGAL (Depok) karya Adyatama Abhirama, JEJAK (Sidoarjo) karya Dian Islamiati, dan MAKE UP (Jember) karya Alfian Parahita.

-  Program 5 HAPPINESS IS...
Dalam program ini akan disuguhkan berbagai kisah anak manusia yang mengejar kebahagiaan dengan carannya sendiri. Kebahagiaan sederhana versi mereka. Film film yang di putar pada program ini antara lain MOON MAN (Surabaya) karya Viant Virdiant, HARAPAN VS KENYATAAN (Bekasi) karya Bagus Mias Putra, SERDADU POTLOT (Yogyakarta) karya Ghalif P. Shadewa, RESEPSI (Yogyakarta) karya Maulvi D. M., BERBEDA (ITU) NASIB (Aceh) karya Beni Arona, HARYO (Tanggerang) karya Zidny Nafian,dan GRAVITASI (Wonosobo) karya Dena I. Pasha.

          Selain kelima program tersebut ada juga guest screening & discussion oleh Ine Febriyanti dan special screening oleh Sinematografi UA. Tapi sayang sekali saya tidak bisa hadir pada hari pertama festival, sehingga saya belum menonton semua. Terus kok tau program-programnya? ya saya baca katalognya, hehe. Ada beberapa film sih yang sudah saya tonton di festival-festival film yang pernah saya ikuti sebelumnya.

          Saya cuma kebagian film-film yang diputer dihari kedua di XXI Sutos, yaitu 14 film finalis, itupun cuma sesi dua (7film) soalnya saya salah liat jam. Saya kira mulai jam 13.00 eh ternyata mulai jam 12.00, bodohnya dirikuu.. :|. Tapi seenggaknya saya bisa liat film-film pemenangnya sih pada acara awarding.

          Juri-juri pada PPF ini ada tiga orang, yaitu Adrian Jonathan, penulis review film sekaligus kritikus film yang tulisannya sering saya jadikan kitab suci dalam membaca sebuah film, heuheu. Tulisan-tulisannya bisa kalian baca di Cinema Poetica. Juri yang kedua ada Kamila Andini, sutradara dari film Mirror Never Lies yang telah banyak mendapatkan penghargaan diluar negeri, yang ketiga adalah Lulu Ratna, kalau saya bilang beliau adalah Mbah e festival film, dimana ada festival film maka disitulah ada mbak Lulu Ratna, heuheu. Juga Arief Akhmad Yani sebagai kurator turut membantu PFF 2013 ini.

          Dari hasil penilaian 3 juri tersebut keluarlah film-film pemenang, yaitu pemenang kategori pelajar di menangkan oleh LAWUH BOLED, dan kategori umum GUELU, serta 4 film special mention (sebenarnya panitia minta 2 film, tapi oleh juri dipilih 4 film kerena menurut juri ada 4 film yang memang pantas mendapatkannya) yaitu GUNDAH GUNDALA (kategori umum), GRAVITASI, LANGKA RECEH dan OLIH_OLIH JAKARTA (kategori pelajar). Menurut para juri dari 4 film pemenang special mention belum semua aspek dalam film terpenuhi, semisal dalam sinematofrafi, cerita, pengadeganan, artistik, adeiting, dan lain sebagainya, tetapi ada satu aspek dalam masing-masing film yang sangat menonjol dan layak untuk di apresiasi.

          Sedangkan LAWUH BOLED layak mendapatkan juara karena mampu mengangkat isu-isu pentinng yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, dengan gaya bertutur yang sangat sederhana. Untuk film GUELU, film ini hanya berdurasi 1 menit 50detik, tetapi film ini mampu menunjukkan makna sebenarnya dari film pendek. Fokus pada satu konflik dan tidak bertele-tele. Kebanyakan film-film yang lain terlalu banyak konflik, terlalu banyak hal yang ingin di omongkan dalam film tersebut, tetapi malah menjadi kabur dan tidak fokus, maka dipilihlah GUELU sebagai pemenang, itu juga masih kata-kata dari juri sih, seingat saya, wkwkwkw.

          Secara keseluruhan film-film yang ada sudah cukup bagus, tetapi masih kurang bagus (piye toh bingung toh, maklum saya bukan penulis, bukan juga kritikus, cuma suka nulis iseng-iseng aja, hheuheu). Yang sangat menonjol kurang bagus dalam film-film PFF 2013 maupun film-film pendek pada umunya, menurut saya masih sangat kurang kuat dalam penokohan, maksud saya si pemeran kurang mendalami karakter seperti dialognya, ekspresinya dan sebaginya (misal dialog yang seharsunya membawa suasana dramatis, tetapi karena pengucapan tidak tepat maka rasa dramatisnya akan kurang terasa). Hal seperti ini kerap juga saya temui dalam film-film panjang Indonesia. Karena hal tersebut, saya sebagai penonton jadi kurang bisa merasuk dalam film tersebut (tsahh.. bahasanya).

          Begitulah pengalaman saya selama mengikuti PFF walaupun hanya secuil dari sebagian besar rangkaian acara yang ada. Mohon maaf jikalau tulisan saya tidak berkenan. Banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan, terutama gejolak untuk berkarya a.k.a membuat film sendiriii.. (macak filmaker). Kerap kali setelah mengikuti festival film semangat itu mulai tumbuh, tetapi seiring berjalannya waktu ditambah pekerjaan dikantor serta skripsi yang tak kunjung mendapatkan pencerahan dari langit semangat tersebut sedikit tersisihkan. Percayalah banyak sekali manfaat yang didapat dari sebuah festival film, terutama untuk anak-anak yang ngaku suka film dan ikutan UKM film, jangan malas-malas ikut festival film. Terima kasih untuk panitia PFF, ditunggu tahun depan untuk PFF 2014, semoga bisa semakin maju dan saya bisa ikutan ngirim film, heuheuheuheuuuu... xD
numpang mejeng, film PALAK yang saya produseri ikutan diputar sebagai pembuka pada acara awarding.. :P

5 Mothisme: November 2013           Psychofest Film Festival merupakan salah satu rangkain acara dari  Psychofest yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Un...

Kamis, 21 November 2013

Pesta Bujang di LAST VEGAS

source : http://www.impawards.com/2013/last_vegas_ver3_xlg.html
Judul Film : LAST VEGAS
Genre : Komedi
Sutradara : Jon Turteltaub
Penulis : Dan Fogelman
Pemain : Michael Douglas, Robert De Niro, Morgan Freeman, Kevin Kline


          Kisah 4 orang sahabat yang setelah sekian lama terpisah dan akhirnya bertemu kembali untuk merayakan pesta bujang dari salah satu di antara mereka yang baru akan menikah. Ya, satu di antara mereka baru akan menikah di usia yang bisa di bilang cukup tua. Billy (Michael Douglas) adalah pengusaha sukses yang selalu sibuk dengan bisnisnya, yang akan segera menikah dengan perempuan yang umurnya kurang lebih 30 tahun dibawahnya,  Archie (Morgan Freeman) seorang pensiunan yang sudah sakit-sakitan dan harus minum obat serta mengikuti aturan-aturan dari anaknya, hidupnya bagai terpenjara di rumahnya sendiri, Sam (Kevin Kline) hidup bahagia dengan istrinya, tetapi mulai kehilangan gairahnya dan sepertinya ingin mati saja, dan Paddy (De Niro) sedang frustasi karena baru saja ditingal mati oleh istri kesayangannya, hari-harinya hanya dilalui dengan memandang foto istrinya, mereka akan  reuni di Vegas.

           Seperti gambaran saya tentang vegas yang merupakan kota yang glamour, gemerlapan dengan lampu-lampu tempat hiburannya, mereka berempat berpesta disini, mulai dari berjudi, pergi ke klub malam, berdansa dan minum-minum. Hal yang merupakan kontradiksi tapi mampu dikemas sedemikian rupa hingga menjadi komedi yang cukup menarik. Di Vegas meraka bertemu dengan seorang penyanyi cafĂ© yang seusia mereka, Diana Boyle (Mary Steenburgen) yang sering kali bernyanyi tanpa penonton di sebuah cafĂ© kecil. Tokoh inilah yang nantinya lebih sering keluar dalam film ini, bukan calon istri billy, karena sebenarnya cerita dalam film ini lebih focus kepada persahabatan 4 orang ini, yang sebenarnya telah ada konflik lama antara Billy dan Paddy.

                Suatu konflik yang coba diredam oleh 2 anggota sahabat yang lainnya, yang berusaha agar liburan mereka di vegas menjadi liburan yang menyenangkan, justru ditambahi lagi satu konflik yang disebabkan oleh sebab yang sama dengan tokoh berbeda, kali ini oleh sang penyanyi cafĂ© tersebut. Konflik yang sebelumnya membuat Paddy sangan membenci Billy, dan terulang lagi sehingga cukup kompleks, akan tetapi mampu diredam oleh persahabatan mereka. Konflik-konflik romansa yang biasanya terjadi pada anak muda, tapi dalam film ini terjadi pada orang-orang tua justru menjadi nilai plus film ini, gak kalah so sweet lah pokoknya. Best moment saya ada dalam adegan ketika sam hendak melakukan sex dengan seorang wanita, dan seketika sam menghentikannya dan berkata wanita tersebut, intinya seperti ini "Saya selalu bercerita dengan istri saya tentang hal-hal meakjubkan dalam hidup saya selama ini, dan sepertinya saya tidak bisa menceritakan hal ini kepada istri saya, meskipun akan sangat menakjubkan bisa tidur denganmu" si Wanita pun menjawab "aku mengerti, dan aku harap kelak aku mendapatkan suami seperti kamu" . So sweet lah pokonya, heuheuheu.

               Dengan komedi-komedi ringan dan konflik romansa di antara tokoh-tokohnya, LAST VEGAS cukup mampu menghibur penonton, ditambah lagi dalam film ini ada kameo dari 50cent, penyanyi rap yang cukup terkenal. Untuk keseluruhan film, saya memberikan rating 3,5/5. Sementara setelah saya googling rating IMDb untuk film ini 6,8/10, dan tomatometer dari rotten tomatoes 44%.

source :
http://en.wikipedia.org/wiki/Last_Vegas
http://www.rottentomatoes.com/m/last_vegas_2013/
http://www.imdb.com/title/tt1204975/fullcredits?ref_=tt_ov_st_sm 
5 Mothisme: November 2013 source : http://www.impawards.com/2013/last_vegas_ver3_xlg.html Judul Film : LAST VEGAS Genre : Komedi Sutradara : Jon Turteltaub Pen...

Senin, 11 November 2013

S K R I P S I



Sudah sampai bab berapa? kapan lulus? kapan wisuda? well pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap terdengar akhir-akhir ini. Iya iya saya memang mahasiswa semester 11, yang seharusnya tak ada dalam kalender mahasiswa kebanyakan. Sebenarnya saya sendiri masih bingung skripsi itu apa sih.


Menurut Wikipedia Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Bagiku skripsi itu proses pembuatan karya yang kebanyakan aturan, seperti kaidah-kaidah terebut, wkwkwk. Bayangkan saja ketika kita berkarya tetapi di batasi aturan-aturan yang nggak asik, waduhh.. ya gak selesai-selesai *alibi...

Sebenarnya dalam perkuliahan saya nggak begitu buruk, IPK juga lumayan bagus. Percaya? oke akan saya print screen KHS saya bair percaya. Jangan dikiranya saya sombong yah, ini biar percaya saja kalian-kalian yang gak percaya melihat tampang saya,, xD

noh..!!
Sebenarnya dari semester 8 saya sudah mengambil skripsi, tetapi entah sampai sekarang tidak selesai-selesai bahkan dimulaipun belum. jangan tanya saya kenapa ya, saya sendiri juga bingung. Terlalu banyak alasan yang bisa saya sampaikan, maka dari itu saya memilih diam saja.. ;)
5 Mothisme: November 2013 Sudah sampai bab berapa? kapan lulus? kapan wisuda? well pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap terdengar akhir-akhir ini. Iya iya saya ...
< >