Sutradara dan penulis : Spike Jonze
Pemeran : Joaquin Phoenix, Amy Adams, Scarlett Johansson, Rooney Mara, Olivia Wilde
Genre : Drama, Sci-Fi, Romance (Picisan?, hhaha)
Durasi : 2 Jam 6 Menit
Kapan hari saya main-main ke toko DVD, kebetulan pas hari itu saya pulang kerumah jadi sekalian mampir. Toko DVD nya deket sama rumah saya. Saya tertarik sama satu film dimana banyak sekali daun romawinya (penghargaan gitu maksudnya), HER, akhirnya saya ambil film tersebut.
Secara keseluruhan film ini cukup bisa dinikmati, meskipun saya sedikit ngantuk di akhir film, mungkin karena saya nontonnya baru bangun tidur,hhehe. Kenapa pada judul saya tulis ini merupakan drama masa depan yang menyeramkan? ya, saya kira kalo ini nantinya terjadi dimasa depan akan sangat menyeramkan. Film ini bercerita tentang seorang penulis yang kesepian, baru saja berpisah dari istrinya dan masih menjalani proses perceraiannya. Hidupnya kacau sejak perpisahan itu, tetapi setelah ia menginstal OS pintar di komputernya dia kembali ceria, ya, dia jatuh cinta sama itu OS. Serem gak sih? memang benar apa kata orang ketika seseorang jatuh cinta semua terasa tak normal. Ketika orang jatuh cinta, bisa berubah jadi lebih rajin mandi, walaupun cuaca lagi dingin. Bisa tiba-tiba sakit gigi walaupun sebenarnya baik-baik saja. Bisa bergoyang-goyang ketika memakai headset walaupun tak ada lagunya. Ah sudahlah..
Bersetting pada beberapa ratus tahun kedepan, di sebuah kota metropolitan, film ini cukup enak diliat secara gambar dan tone warna. Cukup banyak warna pada film ini, dan juga lampu-lampu malam yang cukup indah. Ditambah dengan soundtrack lagu yang cukup enak didengar, menambah nyaman dalam menonton film ini. Theodore, yang diperankan oleh Joaquin Phoenix adalah seorang pria paruh baya yang berkumis tebal tanpa jenggot. Entahlah ketika melihat poster film ini terutama foto si theodore, saya jadi ingat film kumis saya, hhahaha. Theodore adalah penulis lepas sebuah surat berjalan untuk pasangan-pasangan yang sedang kasmaran, sedangkan dia sendiri sedang patah hati, cukup ironi sebenarnya. Tapi ini justru jadi hal yang cukup menarik. Oh ya, pakaian yang digunakan pada film ini menurut saya justru lebih bergaya klasik tahun 80an (kumisnya juga), kenapa ya? Jujur saja saya tidak tahu.
Ironi terjadi lagi ketika si Theodore jatuh cinta kepada Samantha (Scarlett Johansson). Hubungan mereka tidak bisa bersatu karena mereka berada di dunia yang berbeda. Tapi jujur saja saya sendiri berkeyakinan bahwa kelak dimasa depan hal pada film ini akan terjadi, dimana semua orang semakin anti sosial, dimana emosi nyata sudah sulit dibedakan dengan emosi maya. Semua hal di kendalikan oleh teknologi, bahkan perasaan pun bisa dikendalikan oleh teknologi, serem gak?
Pada film ini mengangkat tema tentang cara hidup modern yang sering dibilang anti-sosial. Tetapi ada sisi lain dari manusia yang tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap manusia membutuhkan suatu hubungan, membutuhkan suatu keintiman. Hubungan apapun itu, baik sekedar pertemanan maupun komitmen untuk menjalain hidup bersama. Hal inilah yang tidak bisa diberikan oleh teknologi yang seringkali kita bangga-banggakan. Memang sih tidak selalu semua hubungan bakal berjalan baik dan indah, tapi setidaknya itulah hakikat manusia. Kita diciptakan untuk merasakan baik dan buruk, putih dan hitam, senang dan sedih. Meskipun tidak dipungkiri suatu saat nanti teknologi akan mendekati sempurna dengan mampunya memberikan semua kebutuhan kita baik jasmani maupun rohani, tetapi sampai saat ini saya tetap percaya hubungan sosial lah (nongkrong bersama teman-teman, nonton film bareng, bikin film bareng, saling membully, beradu argumen, atau sekedar saling bertukar tatap dan senyum) yang membuat hidup saya lebih berwarna. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar