+ -

Pages

Jumat, 17 Februari 2012

Nonton Bareng UKM Sinematografi Unair : Republik Twitter

Ki-Ka : Moth, Tami, Faziq, Greggy, Febri, Astarai, Faiz, Singgih, Dhita, Dimas, Vida, Dani, Linis, Angga, Theeta, Udink, Paci, Fakhri, Yoga+pacarnaya, Meta, Ilma. Yang moto in : Daviz

Pergi ke bioskop rame-rame merupakan salah satu kegiatan di UKM Sinematografi Unair. Beramai-ramai menonton film, khususnya film Indonesia, biasa dilakukan anak-anak Sinematografi sebagai bentuk apresisiasi terhadap film Indonesia, khususnya film-film yang bagus dan kebanykan sepi penonton (penonton Indonesia lebih banyak yang suka film nya Jupe ma DePe) . Hal ini juga sebagai bentuk memerangi film-film horor seks yang marak di bioskop. Prihatin sekali jika film-film Indonesia berkualitas memiliki penonton yang lebih sedikit daripada film-film memek tetek kuntilanak yang ada di bioskop-bioskop tersebut. Dan terlihat dari semua penonton yang ada di bioskop saat itu, 80 persennya adalah anak-anak Sinematografi Unair.

Terus gimana film nya, Republik Twitter? Bagus gak? Well, pertanyaan susah ini buat saya, soalnya saya bukanlah seorang yang pandai bertutur menceritakan dan berpendapat. Tapi baiklah, akan saya mencoba sedikit mengulas film ini, kalo ulasan saya jelek, jangan salahkan ya karena saya bukanlah kritikus film yang biasa nulis di koran-koran, saya juga bukan penulis di majalah cinemagz, hehe.

Suara kicauan burung yang khas sound dari twitter membuka film ini. Di tambah dengan font-font yang twiter banget pada titel-titel di awal semakin menambah suasana twiter di film ini. Film yang menceritakan dua remaja yang bertemu melaui twitter. Loro Sukmo, mahasiwa semester akhir yang berasal dari jogja dan Dyah Hanum, wartawan bawel yang bekerja di  sebuah majalah ternama di Jakarta yang bernama Linimasa (semakin menambah suasana teitter). Akhirnya mereka memutuskan untuk ketemuan, dan disinilah cerita-cerita seru itu terjadi.
Di tambah dengan quote-quote khas di dunia twitter di setiap transisi antar scene, menambah kental suasana twitter di film ini. Yang lagi galau, pasti bakal inget quote ini “Hidup itu pilihan : Follow, Unfollow, Block”. Yang lagi jomblo bakal inget yang satu ini “Cewek itu Cuma butuh dua hal, kenyamanan, sama perhatian”. Dan masih banyak quote-quote lainnya yang mengena dan dekat dengan dunia sekitar kita. Sehingga meskipun film ini berdurasi yang lumayan panjang, sekitar 90 menit, tapi berhasil membuat penonton tidak bosan dengan adegan-adegan lucu yang membuat penonton tertawa.

Diluar semua hal-hal yang bagus dari film ini, pastinya ada kekurangannya. Film Hollywood aja masih banyak kurangnya disana-sini. Penonton yang gak ngerti akan twitter, pasti gak akan mengerti banyak tentang istilah-istilah di dalamnya. Jadi menurut saya film ini memang sengaja di tujukan pada para pengguna twitter yang jumlahnya jutaan. Kalo kata seorang teman saya, greggy namanya yang kebetulan memang dia gak punya twitter, ”film yg ngangkat stereotype tertentu gabisa menyeluruh and mengena di masyarakat. Apalagi yg musiman macem tw...itter gono. ga semua orang jg punya twitter kan? so beda bgt lho ya ama "Social Network"-nya David Fincher, meskipun sekilas sama2 ngangkat tema jejaring sosial”. Mohon maap ya pembaca, kalo bahasa teman saya agak-agak lebay gitu, hehe.

Satu lagi yang menurut saya yang kurang di film ini, seperti kebanyakan film Indonesia yang lain  yaitu kurang kuatnya karakter yang ada. Si Sukmo yang besar di jogja, tetapi tidak terlihat dialek-dialek khas jogja nya, istilahnya kurang medok lah. Sahabatnya si sukmo yang mau-maunya menuruti semua kemauan ceweknya yang masih SMA yang lebih memilih follower-followernya di twiter. Kalo saya si ogah, hehe. Kalo kata temen saya lagi, “masih banyak nemu karakter yg cmn "best friend"-nya karakter utama, jadi kesannya kaya sinetron banget. haazzzh. menye2 pula, arrrgh parah. and film ini, entah ya, realitanya yg digambarin masih lekat sekali ama realita di sinetron (yg rada out of true reality), ex: anak sekolahan bajunya dikeluarin, roknya di atas lutut, rambutnya agak disemir, anak bule bapaknya indo (oh man -_-"), bestfriend cowo yg minta support dlm berpacaran, cowo "bodo" bgt yg mau dikibulin cewe menye yg suka twitteran". Nah, bener juga apa kata temen saya tadi.
Trus yang masih kepikiran, memang ada beneran ya cewek cantik yang punya banyak penggemar, lebih memilih seseorang di twitter yang katanya asik di ajak ngobrol, slenge’an? Well, mungkin ini ya yang dinamakan realita di film, hehe. Saya bukanlah orang yang mengerti tentang karakter, cerita dan hal-hal sejenis ini, makanya saya nanyak-nanyak teman-teman saya yang lain, hehe. Anyway di banding film-film Indonesia yang lain, yang ada di 21, Republik twitter adalah film yang paling recommended dah. Dari skala 1 – 10, saya kasih poin 7.5 lah untuk film ini. Selamat menonton kawan, maju terus perfilman Indonesia!!
5 Mothisme: Nonton Bareng UKM Sinematografi Unair : Republik Twitter Ki-Ka : Moth, Tami, Faziq, Greggy, Febri, Astarai, Faiz, Singgih, Dhita, Dimas, Vida, Dani, Linis, Angga, Theeta, Udink, Paci, Fakhri, Yo...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

< >