+ -

Pages

Minggu, 21 September 2014

Flashpacker at Pantai Balekambang, Malang

Welcome to the beach
Pantai Balekambang merupakan salah satu pantai yang ada di wilayah Malang selatan. Pantai ini sudah sejak lama dibuka, sekitar tahun 80-an. Saya pun sudah lama mendengar tentang pantai ini tapi belum pernah mengunjunginya sebelumnya. Sampai pada hari kemaren, kebetulan teman-teman Sinematografi ada acara vacation disana, saya sempatkan untuk datang sejenak. Sebenarnya acara vacation teman-teman dari hari jum'at sampai minggu, tapi berhubung sabtu sore saya ada urusan di Surabaya, terpaksa saya harus balik duluan. 

Hari jum'at sesudah  menyelesaikan pekerjaan meluncurlah saya ke kota Malang untuk menemui salah satu teman saya yaitu mang Udink. Berangkat pukul 16:00 dan sampai malang jam 18:00, setelah itu langsung melanjutkan perjalanan ke Pantai Balekambang dengan mang Udink, sebelumnya teman-teman Sinematografi sudah berangkat dari jum'at pagi. Sampai pantai jam 20:30 saya langsung rebus air panas untuk bikin popmie, hheheu. laper bro.

Camping ground
Setelah makan bergabunglah saya bermain games bersama teman-teman yang lain. Yaa, sebenarnya buat mengisi waktu aja sambil menikmati malam. Sampai pada akhirnya semua pada ngantuk dan masuk ke tenda masing-masing. Karena saya tidak dikasih tempat di tenda sama teman-teman, akhirnya saya tidur diluar, kasihan ya saya.. . sekitar pukul 04:00 akhirnya saya berhasil memejamkan mata dan bangun jam 07:00. Setelah melek langsung diajakin main game lagi sama teman-teman. Kali ini gamenya benteng-benteng-an, dan kotak pos, yang hasilnya kaki dan perut saya sekarang kram karena harus lari-lari an dipinggir pantai saat bermain game, maklum lama gak pernah olahraga, hheheu.
Ini Pantainya
Setelah game kita semua sarapan, lalu saya keliling sebentar menyusuri pantai ke arah barat. Oh ya sebelumnya tempat kita camping adalah disisi utara Balekambang, dimana pantainya lebih bersih dan lebih sepi. Sedangkan di sebelah barat adalah sisi pantai yang terdapat pura di pulau kecil, yang sering disebut dengan pulau Ismoyo, yang sudah terhubungkan dengan jembatan dengan pantai. Karena hal tersebut Pantai Balekambang juga terkenal dengan Tanah Lot nya Jawa Timur, karena memang mirip seperti tanah Lot yang ada di Bali. Sisi barat pantai menurut saya kurang menarik, karena disitu sudah ramai dan banyak warung-warung dan toko oleh-oleh, mungkin untuk liburan keluarga bersama cocok kali ya. Pura yang ada di pulau Ismoyo tersebut setiap tahun sekali digunakan untuk ritual nyepi untuk umat Hindu. Selain itu di bulan syuro Balekambang juga ramai dikunjungi untuk acara surohan, maklum Balekambang juga terkenal akan mistisnya, kalo gak salah sebagai penghubung untuk nyi roro kidul. 

View perjalanan ke sisi barat

Warung-warung sepanjang pantai

Pura di pulau Ismoyo
Ombak di Pantai Balekambang cukup besar, karena langsung behadapan dengan Samudera Indonesia. Kalau ingin mandi di pantai sebaiknya berhati-hati dan memakai pelampung, apalagi yang tidak bisa berenang seperti saya, hheheu. Setelah mandi tidak perlu khawatir, karena sepanjang pantai banyak kamar mandi umum, dengan tarif buang air kecil = Rp 1.000,- buang air besar Rp = 2.000,- dan mandi Rp 3.000,- Di pantai ini sudah dilengkapi fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap, seperti penginapan, wahana permainan seperti flying fox dari pulau Ismoyo, ATV, dan lain-lain.

Warning!!

Gazebo di pinggir pantai

This is the bitch, eh beach..!!

Sandalku yang selalu melindungi kakiku kemana melangkah

Sedikit genangan di balik pasir pantai
Setelah puas menikmati pemandangan saya pun kembali ke camp, dan waktu sudah menunjukkan pukul 10:00, yang artinya saya harus kembali ke Surabaya. Makanya trip kali ini saya sebut flashpacker, karena hanya sekilas saja saya ada di lokasi, hheheu, maklum masih banyak urusan (Sok sibuk). Kemudian saya pun meluncur kembali ke Surabaya dan pukul 13:30 sudah sampai di Surabaya, mandi dan istirahat sejenak, lalu melanjutkan kegiatan yang seharusnya dilakukan orang normal pada hari kerja, hheuheuheu.
Selfie dulu bersama teman-teman sebelum balik.. xD
5 Mothisme: 2014 Welcome to the beach Pantai Balekambang merupakan salah satu pantai yang ada di wilayah Malang selatan. Pantai ini sudah sejak lama d...

Minggu, 14 September 2014

Indahnya Pesona Kawah Ijen

Gunung Ijen atau sering dikenal dengan kawah ijen merupakan salah satu destinasi alam yang paling indah di wilayah Jawa Timur. Gunung berketinggian 2.443 m dpl ini memiliki kawah belerang yang masih aktif. Kawah ijen memiliki pesona tersendiri dibandingkan dengan destinasi-destinasi wisata alam lainnya, antara lain api biru dari belerang yang hanya ada 2 tempat didunia yang memilikinya. Dari informasi penduduk lokal sendiri menyebutkan bahwa Kawah Ijen merupakan kawah belerang terbesar di dunia.

Landscape Kawah Ijen

Bersyukur beberapa waktu yang lalu saya bersama teman-teman saya berkesempatan berkunjung ke kawah ijen. Berangkat dari surabaya dengan mengendarai motor, perjalanan di tempuh sekitar kurang lebih 6 jam, soalnya berhenti dulu di sekitar paiton untuk istirahat sejenak. Sesampai di pos paltuding sekitar jam 7 pagi, kami pun sarapan terlebih dahulu. Pada saat itu kita sarapan nasi goreng spesial ala warung setempat dan teh panas seharga Rp. 13.000,-. Sebelumnya kita juga mengurus perijinan di pos paltuding. Tiket masuk untuk tiap orang Rp. 5.000,- dan parkir motor Rp. 5.000,- juga.

Nasi Goreng spesial pake telor + Teh Panas ala Warung Paltuding

Setelah sarapan kita pun bergegas menuju kawah ijen, sampai di atas sekitar pukul 11.00 dan sudah sepi pengunjung. Perjalanan dari pos ke lokasi kawah berjarak sekitar 3km. Selama perjalanan kita sering berpapasan dengan para penambang belerang. Kegiatan penambangan di Kawah Ijen masih dilakukan dengan cara tradisional, mereka memanggul belerang dari kawah menuju tempat pengumpulan di pos paltuding. Rata-rata berat belerang yang dipanggul tersebut 70kg, mereka sehari biasa melakukan 2 kali perjalanan. 

Penambang sedang menimbang belerang

Sebenarnya saat yang paling tepat untuk menikmati pesona kawah ijen adalah antara pukul 02:00 sampai dengan munculnya matahari dari persembunyiannya dibalik gunung. Pada saat itu kita hanya sejenak di kawah ijen, karena kondisi yang sudah siang, matahari cukup menyengat dan bau belerang yang cukup menganggu pernafasan. Disarankan apabila hendak ke kawah ijen agar membawa masker. Setelah puas menikmati pemandangan dipuncak kita pun bergegas turun.

View dari Kalisat

Blue Sky

Tetumbuhan di pinggir Jalur menuju Kawah

Kawah Ijen Tertutup Asap Belerang

Ngeksis dulu laahh,, xD

Look at Me..! ;)

5 Mothisme: 2014 Gunung Ijen atau sering dikenal dengan kawah ijen merupakan salah satu destinasi alam yang paling indah di wilayah Jawa Timur. Gunung berke...

Rabu, 26 Maret 2014

300 : Rise of an Empire, Semacam Dongeng Khusus Dewasa


Judul : 300 : Rise of an Empire (2014)
Sutradara : Noam Murro
Penulis : Zack Snyder, Kurt Johnstad
Pemain : Sullivan Stapleton, Eva Green, Lena Headey, Rodrigo Santoro
Genre : Action, Slahser, Fantasi
Durasi : 1 jam 43 menit
IMDb rating : 6.9
Metascore : 47/100
Tomatometer : 42%

300 : Rise of an Empire merupakan lanjutan dari film 300 garapan Zack Snyder tahun 2006 silam. Sebenarnya secara cerita bukan lanjutannya, mungkin bisa dibilang film ini merupakan cerita lebih panjangnya dari film 300 itu sendiri. 300 : Rise of an Empire kali ini disutradari oleh pendatang baru Noam Murro, karena Zack Snyder lebih memilih fokus menggarap film Man of Stell (2013). Jika pada film pertama bercerita tentang The Battle of Thermopylae dimana raja Leonidas memimpin 300 prajurit Sparta melawan lebih dari satu juta pasukan Persia yang dipimpim oleh Xerxes, maka pada film kedua ini bercerita tentang The Battle of Artemisia dimana persatuan bangsa Yunani di bawah pimpinan jenderal Themistokles dengan lawan yang sama yaitu pasukan Persia, akan tetapi kali ini peran Xerxes banyak diambil oleh Artemisia, komandan perang asal Yunani yang membelot kepada Persia karena trauma masa kecilnya akan pasukan Sparta. Jadi pada film yang kedua ini secara cerita lebih kompleks.


300 : Rise of an Empire diambil dari novel grafis karya Frank Miller yang berjudul Xerxes, walaupun tidak semua cerita dari novel di adaptasi. Selain itu, novel itu sendiri belum diterbitkan sampai saat ini. Pada awalnya film ini akan diberi judul 300 : The Battle of Artemisia, yang kemudian entah kenapa diubah menjadi 300 : Rise of an Empire. Mungkin judul yang pertama terlalu gamblang, jadi dipilih judul yang kedua. Bagi pecinta film slasher, atau film dengan banyak darah disetiap adegan, film ini bisa menjadi salah satu favorit, tetapi dengar-dengar banyak adegan yang harus di potong atau disensor setelah masuk ke Indonesia. Cukup mengecewakan sih, apalagi pas adegan make love themistokles dengan artemisianya harus banyak yg dibuang, kenapa bukan penontonnya saja yang diseleksi, tapi yasudahlah, wkwkwk.


Diawal film alur cerita berjalan sangat cepat, layaknya dongeng pengantar tidur, dimana menceritakan latar belakang dari perang Artemisia itu sendiri. Saya sendiri merasa menjadi anak kecil lagi yang sedang dibacakan oleh dongeng pengantar tidur, tapi kali ini dengan visual khusus orang dewasa dengan banyaknya adegan penuh darah, setelah itu barulah masuk ke cerita utama. Jika di film 300 peran Gerard Butler mampu memerankan tokoh prajurit Sparta yang begitu heroik dan berapi-api, Sullivan Stapleton memerankan tokoh yang berbeda. Berperan sebagai Themistokles, jenderal perang dari Athena, saya tidak melihat aksi heroik yang mengena, mungkin karena dia bukan dari Sparta. Diluar itu menurut saya Sullivan cukup bagus memerankan Themistokles, dan juga Eva Green yang sangat-sangat bagus dalam memerankan Artemisia, Tampang penuh dendam yang sangat keji secara apik diperankannya, tanpa mengurangi kecantikannya. Rodrigo Santoro yang kembali memerankan Xerxes juga sukses membuat penonton benci kepadanya, walaupun kemunculannya hanya sesaat.


Adegan perang yang dikemas secara artistik dengan balutan slow motion tetap menjadi andalan dalam film ini. Teknik-teknik perang mampu diracik dengan baik oleh Noam Murro sedemikian rupa menjadi tontonan yang menarik. Tetapi secara keseluruhan, menurut saya, saya tidak menemukan sesuatu yang spesial dari film yang ini. Saya tidak menemukan sesuatu yang wah, seperti waktu saya menonton 300. Secara ini film yang kedua dan menyandang film sebelumnya yang cukup epic, tidak salah dong ekspektasi saya cukup tinggi untuk film ini, tetapi sekali lagi Noam Murro tidak dapat memenuhi ekspektasi saya ketika menonton 300 : Rise of an Empire. Walaupun demikian, film yang satu ini layak ditonton untuk mengatasi kerinduan akan karya khas Zack Snyder dalam mengadegankan peperangan.

mothisme rating : 3/5

5 Mothisme: 2014 Judul : 300 : Rise of an Empire (2014) Sutradara : Noam Murro Penulis : Zack Snyder, Kurt Johnstad Pemain : Sullivan Stapleton, Eva Gr...

Rabu, 19 Maret 2014

Mandela Long Walk to Freedom : Epic Bibliografi


Judul : Mandela Long Walk To Freedom (2013)
Sutradara : Justin Chadwick
Penulis : William Nicholson
Pemain : Idris Elba, Naomie Harris
Genre : Drama, Historikal, Biografi
Durasi : 2 jam 27 menit
IMDb rating : 7.1
Metascore : 60/100
Rotten Tomatoes : 58%

Satu lagi film tentang Nelson Mandela, presiden Afrika Selatan yang juga dikenal sebagai tokoh pejuang anti apartheid. Film kali ini berjudul sama dengan buku biografi Mandela : Long Walk To Freedom. Perjalanan panjang menuju kebebasan, ya dalam film ini menceritakan perjalanan hidup seorang Nelson Mandela yang cukup panjang, dari dia remaja hingga dewasa dan menjadi presiden Afrika Selatan pertama yang dipilih melalui pemilihan umum pertama secara demokratis, termasuk juga selama Mandela di penjara selama 27 tahun, disajikan dalam film ini dengan durasi 2 jam lebih.

Meskipun berpusat pada perjuangan politik Mandela untuk menegakkan keadilan di negaranya, dalam film ini juga ditampilkan sisi lain dari seorang Mandela. Mandela yang juga seorang manusia biasa yang juga bisa berbuat salah juga tak luput dari pandangan (diceritakan Mandela muda sebelum bertemu Winnie mempunyai istri, dan Mandela sering memukul istrinya dan suk bermain dengan wanita lain). Tak luput juga masa-masa dia di dalam penjara selama 27 tahun tanpa bisa berkomunikasi dengan keluarganya, dimana diluar sana keluarganya juga mengalami konflik yang cukup pelik. Semua itu diceritakan secara berimbang pada film ini.

Secara keseluruhan film ini cukup bagus sebagai film biografi seorang tokoh, terutama yang saya suka scooringnya. Setiap momen semakin meyentuh dengan adanya tambahan scooring-scooring yang dramatis. Pada sisi akting, Idris Elba dan Naomie Harris bekerja cukup baik. Peran masing-masing tokoh cukup berimbang, antara Mandela dan Winnie, dan juga pemeran pendukung lainnya.

mothisme rating : 3,5/5
5 Mothisme: 2014 Judul : Mandela Long Walk To Freedom (2013) Sutradara : Justin Chadwick Penulis : William Nicholson Pemain : Idris Elba, Naomie Harris...

Jumat, 14 Maret 2014

I, Frankenstein. I, My Father Son


Judul : I, Frankenstein (2014)
Sutradara : Stuart Beattie
Penulis : Stuart Beattie, Kevin Grevioux
Pemain : Aaron Eckhart, Bill Nighy, Yvonne Strahovski, Miranda Otto
Genre : Action, Sci-fi
Durasi : 1 jam 40 menit
IMDb rating : 5.3
Metascore : 30/100
Rotten Tomatoes : 4% tomat bosok

Berkisah tentang manusia hasil dari percobaan laboratorium oleh ilmuwan yang sangat terkenal, film I, Frankenstein biasa saja. iya biasa, tidak ada yang spesial. Malah jadi aneh, jelek. Setau saya Frankenstein adalah manusia dengan baut besar di kepalanya, berwarna hijau dan berbadan besar. Sejujurnya saya tidak tahu Frankenstein itu sebenarnya baik atau jahat. Tapi di film ini tentu saja baik, lha wong lakonnya, heuheu.

Menampilkan Frankenstein dengan sosok berbeda dari biasanya, kali ini Frankenstein tampil dengan wajah ganteng yang penuh codetan. Potongan rambutnya pun model masa kini, top fourty kayaknya, wkwkwkwk. Alur cerita yang biasa saja, datar, konflik yang menurut saya juga biasa saja, CGI yang biasa untuk film sekelas ini, itulah gambaran umum dari film ini.


Berkisah tentang peperangan antara yang baik dan yang benar, malaikat dan iblis, Frankenstein terpaksa terlibat di dalamnya, dan itu biasa saja. Ada juga klan lain dalam film ini yaitu manusia, sebagai alasan peperangan antar dua klan tersebut. Tetapi tidak terasa bahwa manusia itu sendiri penting. Di tambah ilmuwan cantik yang menjadi teman Frankenstein yang juga biasa saja, bahkan adegan hot yang biasanya jadi pemanis juga tidak ada. Ya sudah, selesai, biasa saja.

mothisme rating : 2.5/5
5 Mothisme: 2014 Judul : I, Frankenstein (2014) Sutradara : Stuart Beattie Penulis : Stuart Beattie, Kevin Grevioux Pemain : Aaron Eckhart, Bill N...

Kamis, 13 Maret 2014

Nonton + Diskusi Film Pendek Finalis Ganfest 2014 di Sinematografi UA

Suasana Diskusi di Sekre Sinematografi UA
Beberapa saat yang lalu temen-temen SinematografiUA ngadain nonton bareng film finalis ganfest 2014. Secara ada beberapa temen yang dateng ke acara ganfest tersebut. Acara ini bermaksud untuk membagi pengalaman ketika dateng ke ganfest. Sebelumnya terima kasih buat temen-temen yang uda ngadain acara nonton bareng plus diskusi ini. Sebenarnya ada 6 film yang bakal diputer, tapi saya kebagian cuman 4 karena terlambat, yaitu Haryo karya Zidny Ilman (UNM-Jakarta), Liburan Keluarga karya Tunggul Banjaransari (Solo), dan dua film karya Orizon Astonia (IKJ-Jakarta), Pingitan dan Lewat Sepertiga Malam yang saat ini juga sedang di screeningkan di XXI Short Film Festival 2014. Dua film yang saya lewatkan adalah Loper karya Dendie Archenius (Bandung) dan Pail karya Inovani Caradigama (Avikom-Jogjakarta), lain waktu akan saya sempatkan untuk menontonnya.

Apa yang akan saya tulis ini berdasarkan apa yang saya lihat dan saya dengar dari diskusi bersama teman-teman yang hadir tadi. Tetapi karena saya masih belum cukup berilmu mungkin radak ngawur. Jangan percaya apa yang saya tulis, percayalah pada mbah Google.. xD

Secara keseluruhan keempat film adalah film-film bagus yang sebenarnya tak layak tonton untuk orang tak cukup ilmu seperti saya. Cukup berat dan membingungkan serta membuat otak saya bekerja lebih daripada biasanya untuk memahami film-film tersebut. Alur cerita yang sulit dipahami (tak seperti sinetron yang ceritanya penuh kekonyolan dan hal yang "sangat-sangat masuk akal"), shot-shot yang penuh makna (tak seperti sinetron yang selalu close up dan memaparkan wajah cantik, bodi mulus serta dada montok pemainnya), serta ornamen-ornamen lain dalam film yang membuat melongo orang tak berilmu seperti saya. Hanya beberapa adegan tak biasa yang bisa membuat penonton tersenyum, bergumam atau berteriak, adegan ringan sebagai selingan yang mungkin justru bermakna bagi sebagian penonton.

Adegan film "Haryo"
Film Haryo menceritakan tentang seorang pemuda bernama Haryo yang sedang kehausan dan mencari cara untuk menghilangkannya. Udah. Itu aja. Film ini menurut saya memiliki alur cerita yang paling mudah dimengerti daripada film lainnya, tetapi cukup membingungkan juga sih aslinya. Nah lo!.hhahaha. Bagi saya ini film menggambarkan kondisi anak kos yang hidup sebatang kara dan sedang kesusahan, sedangkan teman-temannya tidak ada yang perduli. Ada teman lain yang memiliki intepretasi lebih yaitu film ini menggambarkan tentang kondisi sosial masyarakat saat ini yang sudah saling tak peduli satu sama lain. Bisa jadi penonton yang lain punya intepretasi yang lain lagi. Sangat banyak yang bisa di gali dari visualisasi sederhana cerita seorang anak yang sedang kehausan dan mencari cara menghilangkannya. Simple, gak ribet, tapi luas, mungkin itu kata-kata saya untuk film Haryo.

Adegan film "Liburan Keluarga"
Selanjutnya ada film Liburan Keluarga yang merupakan pemenang Ganfest 2014. Sekali lagi ini adalah film yang sulit dimengerti. Mungkin banyak yang bertanya kok bisa sih film ini menang? kok bisa sih film ceritanya gak jelas gitu menang? kok bisa sih film ada adegan begituannya kok menang? kok bisa sih gambarnya gelap semua gitu menang? orang-orang tak berilmu seperti saya pasti bertanya-tanya seperti itu. Tetapi justru difilm inilah hakekat sebenarnya dari film pendek mampu disuguhkan dengan lugas. Dengan teknik yang sangat sederhana, mengangkat isu-isu lokal yang ada disekitarnya, film ini mengajak penonton berfikir apa sih sebenarnya liburan keluarga itu? Jawaban yang tak biasa yang justru hakekat yang sebenarnya, ada pada film ini. Masih gak mudeng juga dengan film ini? gak mudeng dengan tuisan saya? sama saya sendiri juga gak paham sebenarnya, heuheuheu

Poster film "Pingitan"
Terakhir ada dua film karya Orizon Astonia, mahasiswa Insitut Kesenian Jakarta. Kebetulan tadi pada saat diskusi Orizon sempet komunikasi dengan kita lewat telepon. Menurut saya, kedua film ini adalah buah kegelisahan sang sutradara pada saat dia berada dipesanten. Sebelumnya memang sang sutradara pernah dipesantren kurang lebih selama satu tahun. Tema yan diangkat di dua film ini juga tak jauh dari kehidupan pesantren. Pertama pingitan, bercerita tentang dua insan yang akan menikah dan menjalani "pingitan", yaitu tidak boleh saling bertemu beberapa hari sebelum menikah (tepatnya saya nggak tahu, emang pingitan itu ajaran di pesantren ya? ) dan mereka mencuri waktu dimalam hari untuk bertemu, kedua yaitu lewat sepertiga malam, bercerita tentang 3 perempuan pesantren yang kabur pada saat jam malam untuk bertemu pacarnya. Dua film ini tidak berwarna alias BW (item - putih), kata sutradaranya sih pada film pertama dia memang nyoba nyoba pake BW, eh taunya keren, di film keduanya akhirnya dia pake BW juga. BW emang ampuh untuk menyamarkan kualitas gambar yang kurang bagus seperti noise, terutama untuk setting malam hari, dimana sangat rentan muncul noise. Kebetulan dua film ini bersetting waktu malam hari.

Adegan film "Pingitan"
Pada film pingitan dialog mempunyai porsi yang cukup besar, hampir 90 persen isi film ini ada pada dialognya. Dibawakan dengan nada datar serta emosi kedua pemain yang tanpa ekspresi, justru menambah dalam makna yang ada didalamnya. Berisi obrolan-obrolan vulgar dan lantang khas orang dewasa, yang biasanya tabu untuk dibicarakan jusrtru suguhan utama film ini. Kalo kata sutradaranya sih tadi kenapa nada dialognya datar, karena pas shooting itu sudah malam, jadi pemainya ngantuk dan dari awal sipemain membawakannya dengan datar-datar saja, akhirnya si sutradara menyuruh pemain untuk membawakannya sepeti itu sampai akhir. Katanya lo ya, katanya, tetapi saya lebih suka dibawakan dengan datar begitu. Lebih mengena, isi obrolannya tak biasa, cara pembawaanya juga tak biasa, pas. Sedangkan di film lewat sepertiga malam, merupakan gambaran anak pesantren yang melanggar aturan yang telah ditetapkan. Sekali lagi banyak intepretasi dari satu visualisasi cerita dalam film ini. Dari saya sendiri tentang film ini, adalah apa yang terlihat baik itu tak selamanya baik dan belum tentu baik, apa yang terlihat buruk itu tak selamanya buruk dan belum tentu buruk.

Adegan film "Lewat Sepertiga Malam"
Banyak pertanyaan yang muncul dari menonton film-film macam beginian. Pernah saya menemui pertanyaan lucu, atau pertanyaan sedikt lucu, anggap saja lucu, mungkin lebih tepatnya pertanyaan dari orang polos "itu pengambilan gambarnya tidak pakai tripid ya mas? kok gambarnya goyang? kan lebih enak pakai tripod? filmakernya pun menjawab "iya mas, saya ndak punya tripod" heuheuheu. Oh iya tadi sempet juga ada yang masih merasa bingung itu kenapa film-film yang lolos festival bahkan menang festival film macam begitu. Katanya dengan teknik yang biasa saja dan gambar-gambar yang nggak indah atau apa tadi saya lupa, pokoknya begitulah, bisa menang festival.Trus katanya lagi percuma kita selama ini susah-susah belajar berbagai macam teknik yang bagus sedangkan film yang menang "hanya" film model begitu. Hmmm... hmmmm.. hmmmm... kalo boleh saya menjawab maka saya akan jawab "saya juga ndak tahu", saya hanya anak yang tak berilmu beginian, saya cuma nonton, nulis, udah, gitu aja, wkwkwkwkwkw. Jadi inget kata mas Orizon tadi, "butuh sedikit waktu dan pemahaman sedikit lagi kok, nanti juga ngerti" heuheuheu.

Diakhir tulisan ini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Ada yang bilang kalau film adalah hal yang multi-intepretasi, artinya banyak intepretasi dari satu film. Ya, itu benar. Bagus tidaknya film itu relatif, tergantung selera. Ya, itu juga benar. Dua kalimat barusan memang pantas untuk menutup suatu diskusi, hhahahaha. Mari mengerjakan skripsi! eh, mari menonton film..!! xD
5 Mothisme: 2014 Suasana Diskusi di Sekre Sinematografi UA Beberapa saat yang lalu temen-temen SinematografiUA ngadain nonton bareng film finalis ganfest...

Jumat, 07 Maret 2014

12 Years a Slave : Django versi normal


Judul : 12 Years A Slave
Sutradara : Steve McQueen
Penulis : John Ridley (screen play ), based on story Solomon Northup
Pemain : Chiwetel Ojiofor, Michael K. Williams, Michael Fasbender, Sarah Paulson, Lupita Nyong'o
Genre : Drama, Biopik
Durasi : 2 Jam 14 Menit
IMDb rating : 8.3
Metascore : 97/100
Rotten Tomatoes : 96% tomat.

Ketika melihat film 12 Years A Slave saya teringat akan film Django Unchained nya Tarantino. Isu yang di angkat kedua film ini sama, yaitu tentang perbudakan di Amerika pada jamannya dulu, tetapi 12 Years A Slave mengemasnya dengan cerita yang 'normal', tidak seperti Django yang nyeleneh. Ya, setiap sutradara memang punya cara sendiri-sendiri dalam menggarap filmnya. Kali ini McQueen memfilmkan kisah nyata dari Solomon Northup, seorang freeman kulit hitam yang diculik dan dijual sebagai budak. Adegan ketika Northup di culik dan dibawa dengan kereta kuda di tengah malam, persis mengingatkan saya pada adegan di film Django ketika pertama kali dia ditemukan oleh Dr. King Schultz

Sebelumnya kisah Solomon Northup ditulis dalam bentuk novel dan pernah diterbitkan sekitar tahun 1853. Novel ini sempat menghilang sampai akhirnya tahun 1960-an ditemukan dan dilakukan riset kembali oleh dua sejarawan asal lousiana, Sue Eakin dan Joseph Logsdon, hingga akhirnya pada tahun 2013 difilmkan oleh McQueen. Karya McQueen kali ini seolah pembuktiannya setelah film sebelumnya, Shame, yang dipuji banyak kritikus namun diacauhkan oleh Oscar.

Ada satu dialog yang selalu saya ingat dalam film ini, yaitu ketika Northup berbicara dengan budak kulit hitam lainnya. Disatu sisi budak tersebut mengajarkan kepada Northup agar menurut kepada orang-orang kulit putih, agar bisa survive alias tidak dibunuh. Northup saat itu menyangkalnya dengan berkata "I don't want to survive, i want to live". Ya, setiap manusia berhak untuk hidup dan menjalani hidupnya masing-masing. Itulah pesan yang menurut saya diangkat dalam film ini.

Sepanjang film banyak adegan penyiksaan disuguhkan secara gamblang, baik secara fisik maupun psikis. Ketika Northup hampir mati dengan leher yang tergantung seharian karena berselisih dengan mandor dipekebunan dan budak lain acuh seolah tak terjadi apa-apa,ketika Northup harus mencambuk budak lainnya atas perintah majikannya dengan ancaman akan dibunuh, dan lain sebagainya. Tidak semua majikan kulit putih bertindak jahat kepadanya, ada juga majikan yang baik hati kepada Northup, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa dengan alasan ekonomi maupun situasinya dengan kulit putih lainnya, satu konflik tersendiri yang akhirnya mengantar Northup kepada majikan yang kejam. Setiap pemain menjalankan perannya dengan baik. Diluar peran sentral Northup sendiri yang diperankan oleh Chiwetel Ojiofor, pemain pendatang baru, Lupita Nyong'o juga tampil apik disini. Ditambah lagi dengan acting Fasbender sebagai majikan 'sakit' yang membenarkan tindakan menyiksa budak dengan dalih hal tersebut tertulis di al-kitab, dan juga munculnya Brad Pitt walaupun hanya sekejap, yang justru merupakan sosok malaikat bagi Northup. Setiap adegan ditata sedemikian rupa sehingga mampu membuat penonton merasa gregetan dan ingin membebaskan budak-budak tersebut. Untunglah jaman sekarang sudah tidak ada perbudakan, heuheu.

Alur pada film ini juga menambah nilai tersendiri, dimana dibuat sedikit acak. Dibuka dengan adegan yang menurut saya cukup menghentak secara halus, tetapi adegan tersebut merupakan adegan yang sebenarnya ada di tengah-tengah cerita. Secara keseluruhan film ini hampir sempurna, dengan detail-detail artistik, setting, make-up dan wardrobe yang boleh dibilang seperti aslinya pada tahun 1841. Ditambah lagi dengan scooring buatan Hans Zimmer, tau lah kualitas Zimmer itu gimana, tidak perlu diragukan lagi. Akhirnya 12 years a slave berhasil memenangkan oscar pada tahun ini. Sedikit menyinggung tentang prestasi ini, yang menurut saya sebenarnya banyak film lain yang juga patas memenangkannya seperti American Hustle, maupun Gravity, apakah memang pemenang Oscar tahun ini didedikasikan kepada Nelson Mandela yang meninggal tahun lalu, dengan memenangkan 12 years a Slave, saya tidak tahu. Tapi diluar itu film ini juga pantas memenangkan penghargaan tersebut.

Rating saya : 4/5


5 Mothisme: 2014 Judul : 12 Years A Slave Sutradara : Steve McQueen Penulis : John Ridley (screen play ), based on story Solomon Northup Pemain : Chiwe...

Senin, 03 Maret 2014

Jackass Presents : Bad Grandpa, Kumpulan video-video supertrap..!!


Judul : Jackass presents : Bad Grandpa
Sutradara : Jeff Tremaine
Penulis : Johnny Knoxville, Spike Jonze, Jeff Tremaine
Pemain : Johnny Knoxville, Jackson Nicoll
Genre : Komedi
Durasi : 1 Jam 32 Menit

Yoyoii, tau supertrap kan? acara di TV kita yang isinya kamera tersembunyi yang sudah dihentikan karena kasus masang kamera di toilet (kalo gak salah sih). Bad Grandpa kurang lebih sama seperti acara supertrap tersebut, yang dikemas dan ditata sedemikina rupa dengan tambahan sedikit alur cerita menjadi sebuah film. Kalo dipotong-potong dan dikasih beberapa iklan jadi deh acara TV, hhehe.

Sebelumnya saya tidak pernah menonton film jackass yang lain, entah memang dari awal konsepnya memang hidden cam gini atau gimana saya tidak tahu.Beberapa scene difilm ini juga ada yang di blur muka orang-orangnya, blum dapat ijin kali ya, heuheu. Ya karena mungkin hidden cam gini jadi menurut saya cerita di film ini nggak nyambung, asal aja gitu jadinya, antara satu adegan dan adegan lainnya nggak menyatu, IMHO.

Secara cerita film ini menceritakan seorang kakek-kakek 'gila' yang mengantarkan cucunya kepada ayahnya. sepanjang perjalanan berbagai kejadian menimpa mereka, yang seharusnya mempengaruhi ending dari cerita itu sendiri. Tapi, ya karena konsep hidden cam tadi, jadinya ya susah nyambung. Melihat perjalanan seorang kakek dan cucunya ini sebenarnya mengingatkan pada film UP, yang juga menceritakan perjalanan seorang kakek dan anak kecil. Tetapi film UP berhasil menyentuh sisi batin saya melalui ceritanya, hhaha, berbeda film ini yang sebenarmya secara cerita bisa menyentuh hati penontonnya, tapi menurut saya masih kurang.

Ya kalu untuk tontonan seru-seruan aja sih bolehlah nonton film ini. Oh ya si kakek tua yang berusia 86 tahun di film ini diperankan oleh johnny knoxville yang usianya baru 42 tahun. Aktingnya sangat bagus dan sangat menghayati peran kakek itu sendiri, mulai dari gestur dan dialognya. Oh ya film ini tidak untuk anak-anak dan orang dewasa yang pemikirannya masih anak-anak ya, karena banyak adegan yang tidak layak untuk ditonton manusia normal, wkwkwkwkwk. 

Rating : 2.5/5
5 Mothisme: 2014 Judul : Jackass presents : Bad Grandpa Sutradara : Jeff Tremaine Penulis : Johnny Knoxville, Spike Jonze, Jeff Tremaine Pemain : Johnn...

Rabu, 26 Februari 2014

Old Boy : Ada sesuatu di ending


Judul : Old Boy
Sutradara : Spike Lee
Penulis : Garoon Tsuchiya (manga), Nobuaki Minegishi (manga), Mark Protosevich (screenplay)
Pemain : Josh Brolin, Elizabeth Olsen, Sharlto Copley, Samuel L. Jackson.
Genre : Drama, Action, Mystery, Thriller
Durasi : 1 jam 44 menit

Drama misteri yang menegangkan, penuh adegan-adegan keras (bukan es batu lo ya), dan ending yang sangat-sangat menohok, ya, itulah ulasan singkat tentang film ini. Old boy karya Spike lee kali ini merupakan remake dari versi koreanya karya sutradara Park Chan-wook (2003), yang sebenarnya juga disadur dari komik serial manga yang terbit antara tahun 1996-1998.

Bercerita tentang seorang pria yang dikurung selama bertahun-tahun tanpa sebab yang jelas, dan akhirnya suatu waktu pria tersebut di bebaskan dan mencari alasan kenapa dia dikurung. Ditengah-tengah pencariannya, dia dihadapkan pada sebuah fakta yang sangat mengejutkan, yang tak pernah terpikir olehnya, sebuah konspirasi besar mengkuti jalan hidupnya.

Setelah nonton versi remake hollywod ini, saya pun tertarik nonton yang versi korea. Sebenarnya secara plot semua hampir sama, hanya ada beberapa perbedaan pada detail-detail film. Menurut saya versi korea lebih detail dalam menjelaskan setiap adegan, tetepi versi hollywood lebih vulgar dalam menampilkan setiap adegan kekerasan. Untuk sinematografi hampir sama, versi hollywood ini memilih untuk memakai shoot-shoot sama seperti versi koreanya, yaitu lebih idealis, lebih ke shoot-shoot 'asia' menurut saya. Old boy merupakan sedikit film yang memberikan kejutan di ending, semacam shock therapy, menjengkelkan, tapii... yasudah tonton sendiri aja ya, gak rugi kok.. ;)

Ini yang versi korea
5 Mothisme: 2014 Judul : Old Boy Sutradara : Spike Lee Penulis : Garoon Tsuchiya (manga), Nobuaki Minegishi (manga), Mark Protosevich (screenplay) Pema...

Jumat, 21 Februari 2014

American Hustle : Drama Tipu-Tipu


Judul : American Hustle
Sutradara : David O. Russell
Penulis : David O. Russell, Eric Warren Singer
Pemain : Christian Bale, Jennifer Lawrence, Bradley Cooper, Amy Adams, Jeremy Renner
Genre : Drama
Durasi : 2 Jam 9 Menit

Lagi-lagi film yang sedang ramai dibicarakan karena prestasinya di Oscar membuat saya penasaran. Film garapan sutradara David O. Russell yang berjudul American Hustle kali ini berhasil memenangi best motion picture kategori musikal dan komedi pada pagelaran golden globe 2013. Sebelumnya David O. Russell juga membuat film Silver Linings Playbook dan juga The Fighter yang tak kalah bagus.

Bersetting tahun 70an dengan latar cerita yang disadur dari kisah nyata operasi ABSCAM FBI yang merupakan operasi rahasia untuk menangkap para koruptor di Amerika pada waktu itu, American Hustle berhasil menampilkannya dengan apik. Dengan alur cerita yang sedikit acak, mampu menjaga saya untuk tetap menonton dan mrnunggu apa lagi adegan yang akan terjadi. Ditambah dengan detail-detail artistik mulai dari setting lokasi yang benar-benar menunjukkan amerika pada tahun 70an, make-up artis yang mengubah seorang Christian Bale yang sempurna di film Batman menjadi seorang pria berperut buncit berambut botak serta kostum Amy Adams dan Jennifer Lawrence yang wow banget, menambah sedap film ini.

American Hustle berkisah tentang sepasang kekasih tanpa status (kumpul kebo maksudnya) bernama Irving Rosenfeld (Christian Bale) dan Sydney Prosser (Amy Adams)  yang mempunyai keahlian tipu-tipu tingkat dewa, yang terjebak dalam operasi rahasia setelah dipaksa oleh seorang agen FBI bernama Richie D'maso (Bradley Cooper). Irving dan Sydney mempunyai latar belakang kehidupan yang sama, berangkat dari bawah dan berjuang melawan hidup yang keras membuat dua orang ini mempunyai keahlian tipu-tipu yang cukup lihai. Ditengah operasi terlibat seorang pejabat walikota bernama Carmen Polito (Jeremy Renner) yang membuat cerita semakin menarik, dibumbui dengan kehadiran istri Irving yang pertama, Rosalyn (Jennifer Lawrence) yang memaksa Irving ikut serta masuk ke dalam operasi karena masalah percintaannya dengan Sydney.

Cerita yang dihadirkan pada film yang sebelumnya berjudul American Bullshit ini sebenarnya cukup rumit menurut saya, tapi masih enak diikuti. Aksi tipu-tipu pun dimulai. Bagaimana nasib Irving dan Sydney, apakah Irving kembali dengan Rosalyn, apakah operasi tersebut berhasil dan Richie medapat promosi, apakah Polito akhirnya masuk penjara? tonton sendiri ya, gak asik kan kalo saya ceritakan disini, heuheu. Secara keseluruhan film ini saya kasih nilai 4/5 lah. Selamat menonton!!
5 Mothisme: 2014 Judul : American Hustle Sutradara : David O. Russell Penulis : David O. Russell, Eric Warren Singer Pemain : Christian Bale, Jennifer ...

Selasa, 18 Februari 2014

HER : Drama Masa Depan yang Menyeramkan

Judul : Her
Sutradara dan penulis : Spike Jonze
Pemeran : Joaquin Phoenix, Amy Adams, Scarlett Johansson, Rooney Mara, Olivia Wilde
Genre : Drama, Sci-Fi, Romance (Picisan?, hhaha)
Durasi : 2 Jam 6 Menit

Kapan hari saya main-main ke toko DVD, kebetulan pas hari itu saya pulang kerumah jadi sekalian mampir. Toko DVD nya deket sama rumah saya. Saya tertarik sama satu film dimana banyak sekali daun romawinya (penghargaan gitu maksudnya), HER, akhirnya saya ambil film tersebut.

Secara keseluruhan film ini cukup bisa dinikmati, meskipun saya sedikit ngantuk di akhir film, mungkin karena saya nontonnya baru bangun tidur,hhehe. Kenapa pada judul saya tulis ini merupakan drama masa depan yang menyeramkan? ya, saya kira kalo ini nantinya terjadi dimasa depan akan sangat menyeramkan. Film ini bercerita tentang seorang penulis yang kesepian, baru saja berpisah dari istrinya dan masih menjalani proses perceraiannya. Hidupnya kacau sejak perpisahan itu, tetapi setelah ia menginstal OS pintar di komputernya dia kembali ceria, ya, dia jatuh cinta sama itu OS. Serem gak sih? memang benar apa kata orang ketika seseorang jatuh cinta semua terasa tak normal. Ketika orang jatuh cinta, bisa berubah jadi lebih rajin mandi, walaupun cuaca lagi dingin. Bisa tiba-tiba sakit gigi walaupun sebenarnya baik-baik saja. Bisa bergoyang-goyang ketika memakai headset walaupun tak ada lagunya. Ah sudahlah..

Bersetting pada beberapa ratus tahun kedepan, di sebuah kota metropolitan, film ini cukup enak diliat secara gambar dan tone warna. Cukup banyak warna pada film ini, dan juga lampu-lampu malam yang cukup indah. Ditambah dengan soundtrack lagu yang cukup enak didengar, menambah nyaman dalam menonton film ini. Theodore, yang diperankan oleh Joaquin Phoenix adalah seorang pria paruh baya yang berkumis tebal tanpa jenggot. Entahlah ketika melihat poster film ini terutama foto si theodore, saya jadi ingat film kumis saya, hhahaha. Theodore adalah penulis lepas sebuah surat berjalan untuk pasangan-pasangan yang sedang kasmaran, sedangkan dia sendiri sedang patah hati, cukup ironi sebenarnya. Tapi ini justru jadi hal yang cukup menarik. Oh ya, pakaian yang digunakan pada film ini menurut saya justru lebih bergaya klasik tahun 80an (kumisnya juga), kenapa ya? Jujur saja saya tidak tahu.

Ironi terjadi lagi ketika si Theodore jatuh cinta kepada Samantha (Scarlett Johansson). Hubungan mereka tidak bisa bersatu karena mereka berada di dunia yang berbeda. Tapi jujur saja saya sendiri berkeyakinan bahwa kelak dimasa depan hal pada film ini akan terjadi, dimana semua orang semakin anti sosial, dimana emosi nyata sudah sulit dibedakan dengan emosi maya. Semua hal di kendalikan oleh teknologi, bahkan perasaan pun bisa dikendalikan oleh teknologi, serem gak?

Pada film ini mengangkat tema tentang cara hidup modern yang sering dibilang anti-sosial. Tetapi ada sisi lain dari manusia yang tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap manusia membutuhkan suatu hubungan, membutuhkan suatu keintiman. Hubungan apapun itu, baik sekedar pertemanan maupun komitmen untuk menjalain hidup bersama. Hal inilah yang tidak bisa diberikan oleh teknologi yang seringkali kita bangga-banggakan. Memang sih tidak selalu semua hubungan bakal berjalan baik dan indah, tapi setidaknya itulah hakikat manusia. Kita diciptakan untuk merasakan baik dan buruk, putih dan hitam, senang dan sedih. Meskipun tidak dipungkiri suatu saat nanti teknologi akan mendekati sempurna dengan mampunya memberikan semua kebutuhan kita baik jasmani maupun rohani, tetapi sampai saat ini saya tetap percaya hubungan sosial lah (nongkrong bersama teman-teman, nonton film bareng, bikin film bareng, saling membully, beradu argumen, atau sekedar saling bertukar tatap dan senyum)  yang membuat hidup saya lebih berwarna. Salam.
5 Mothisme: 2014 Judul : Her Sutradara dan penulis : Spike Jonze Pemeran : Joaquin Phoenix, Amy Adams, Scarlett Johansson, Rooney Mara, Olivia Wilde Gen...

Sabtu, 15 Februari 2014

Ini Nih yang Bikin Tetep Semangat Berkarya..!!

          Beberapa hari yang lalu ada seseorang yang ngemention twitter saya, memuji video saya yang saya unggah di youtube.Memang sih videonya biasa saja, tidak ada yang spesial, cuma video iseng yang saya buat waktu jalan-jalan ke gunung penanggungan kapan hari, yang juga sempet saya post di blog. Tetapi entah kenapa menjadi spesial ketika ada yang mengapresiasi, walaupun saya juga tak kenal orangmya. Hal tersebut bisa menimbulkan semangat baru untuk berkarya lagi.


          Seringkali semangat untuk berkarya muncul tenggelam di telan berbagai macam alasan-alasan yang dibuat-buat atau terbuat secara alamiah atas dasar sifat manusia. Tetapi dengan adanya apresiasi dan keinginan dari hati kecil saya semangat itu tetap ada, walaupun tak tahu kapan akan terlaksana. Beberapa project sudah sempat saya buat bersama teman-teman walaupun belum terrealisasi menjadi karya yang utuh. Semoga saja bisa segera terwujud dan berguna nantinya bagi yang menonton. Terima kasih buat orang-orang yang telah mengapresiasi dan membantu semangat itu tetap ada, terima kasih juga kepada orang-orang yang tidak mengapresiasi karena kalian juga merupakan alasan untuk berkarya (intinya ada atau tidak apresiasi tetaplah berkarya untuk diri sendiri). Sekian sedikit unek-unek menjelang tidur malam ini, semoga mimpi dan rencana-rencana indah segera terwujud. Salam.


5 Mothisme: 2014           Beberapa hari yang lalu ada seseorang yang ngemention twitter saya, memuji video saya yang saya unggah di youtube.Memang sih vide...
< >